Survei Baru Tunjukkan Optimisme Warga Suriah
Hasil survei terbaru yang dilakukan jaringan Barometer Arab untuk majalah Foreign Affairs menghadirkan gambaran optimistis mengenai kondisi politik dan sosial Suriah setahun setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad. Dalam suasana transisi yang biasanya penuh ketidakpastian, temuan ini justru menunjukkan tingkat kepercayaan publik yang tinggi terhadap arah baru negara tersebut.
Menurut Foreign Affairs, tingkat kepuasan publik yang dicapai pemerintah Suriah saat ini bahkan dapat membuat iri banyak pemimpin dunia. Pernyataan itu menggambarkan betapa jarang terjadi dalam fase pascarevolusi suatu negara muncul tingkat penerimaan politik yang sedemikian besar dari masyarakat.
Survei tersebut menyoroti kepercayaan publik terhadap Presiden Ahmed al-Shar’a yang memimpin pemerintahan pasca-Assad. Sebanyak 81 persen responden menyatakan percaya pada kepemimpinan presiden baru itu, angka yang dianggap luar biasa mengingat negara baru saja melewati periode turbulensi panjang.
Pemerintah nasional yang dibentuk setahun lalu juga mendapatkan tingkat kepercayaan yang signifikan, mencapai 71 persen. Ini dianggap sinyal kuat bahwa masyarakat Suriah menilai perubahan politik berjalan ke arah yang benar dan mampu menghadirkan stabilitas awal.
Salah satu data yang mengundang perhatian adalah meningkatnya kepercayaan terhadap lembaga peradilan. Sebanyak 62 persen responden menyatakan percaya pada sistem hukum dan pengadilan, sebuah perkembangan penting di negara yang selama puluhan tahun dikenal dengan praktik peradilan politis dan represif.
Kepercayaan publik terhadap institusi militer juga mencapai 71 persen. Dukungan terhadap angkatan bersenjata ini menjadi indikasi bahwa warga Suriah menganggap militer sebagai pilar penting dalam menjaga keamanan selama masa transisi.
Kebebasan sipil yang dulu hampir mustahil ditemukan kini mulai dirasakan luas oleh masyarakat. Dalam survei tersebut, 73 persen warga mengakui adanya kebebasan berekspresi dan kebebasan pers yang jauh lebih terbuka dibandingkan era sebelumnya.
Tidak hanya itu, sebanyak 65 persen responden menyatakan bahwa mereka bebas berpartisipasi dalam aksi protes damai. Perubahan drastis ini menggambarkan bergesernya wajah hubungan antara negara dan warga, dari yang sebelumnya represif menuju pendekatan partisipatif.
Rasa aman warga juga meningkat tajam. Sebesar 94 persen responden mengaku merasa aman di lingkungan tempat tinggal mereka. Meski demikian, mayoritas juga menuntut agar senjata sepenuhnya berada di bawah kontrol negara, menandakan keinginan kuat untuk stabilitas jangka panjang.
Survei juga mengungkap hal penting lainnya: 67 persen warga Suriah menilai pemerintah saat ini responsif terhadap kebutuhan rakyat. Penilaian ini menjadi indikator kuat bahwa legitimasi pemerintahan baru tidak hanya berasal dari faktor politik, tetapi juga dari pelayanan publik yang lebih baik.
Para analis menilai bahwa tingkat optimisme ini adalah modal besar bagi pemerintahan Presiden Ahmed al-Shar’a untuk mempercepat reformasi ekonomi dan tata kelola negara. Dengan dukungan publik yang kuat, program restrukturisasi dapat dijalankan tanpa hambatan politik signifikan.
Majalah Foreign Affairs menekankan bahwa momen seperti ini sangat jarang terjadi dalam sejarah negara-negara yang mengalami transisi pascakonflik. Biasanya, ketidakpastian politik dan perpecahan sosial masih membayangi pada tahun-tahun awal. Suriah kini menunjukkan pola yang berbeda.
Pemerintahan baru disebut memiliki peluang besar untuk memperkuat negara hukum. Dengan meningkatnya kepercayaan terhadap pengadilan, reformasi hukum dinilai dapat berjalan lebih cepat dan lebih efektif di berbagai wilayah.
Kebebasan pers yang semakin luas juga dinilai sebagai katalis penting dalam menjaga transparansi pemerintahan. Media lokal kini berperan sebagai pengawas publik yang sebelumnya dibungkam oleh rezim lama.
Dukungan terhadap protes damai menunjukkan bahwa masyarakat Suriah mulai memahami dinamika demokrasi partisipatif. Pemerintah pun dinilai cukup terbuka terhadap kritik yang konstruktif.
Meski demikian, tantangan tetap ada. Persoalan ekonomi pascaperang, rekonstruksi infrastruktur, dan reintegrasi wilayah-wilayah yang dulu terpecah membutuhkan kebijakan jangka panjang dan konsistensi politik.
Para pengamat menyebut bahwa pemerintahan al-Shar’a harus berhati-hati agar tidak terlena oleh tingginya tingkat kepuasan publik saat ini. Perubahan cepat dalam politik tetap mungkin terjadi bila pelayanan publik tidak stabil.
Namun, untuk saat ini, Suriah tampaknya berada dalam salah satu masa paling optimistis dalam beberapa dekade terakhir. Kepercayaan publik yang tinggi dianggap sebagai fondasi penting untuk membangun negara pascakonflik yang lebih inklusif.
Banyak pihak percaya bahwa transisi Suriah dapat menjadi contoh internasional tentang bagaimana negara dapat bangkit dari kehancuran dengan dukungan rakyat. Survei Barometer Arab ini, yang dirilis dalam konteks diplomatik dan politik yang sensitif, mempertegas harapan tersebut.
Harapan inilah yang kini menjadi pegangan banyak warga Suriah: bahwa masa depan yang lebih aman, lebih bebas, dan lebih stabil bukan lagi sekadar wacana, melainkan peluang nyata yang sedang berada dalam genggaman negara mereka.




Tidak ada komentar